UNIKAMA – Salak merupakan salah satu buah favorit dengan rasa yang unik. Dalam satu buah salak terdapat 3 potensi yaitu kulit salak, daging buah salak, dan yang terakhir ialah bijinya. Namun kebanyakan orang hanya dapat menikmati dagingnya saja, tidak pada kulit ataupun bijinya, yang kemudian hanya menjadi limbah dan dibuang begitu saja.
Limbah salak bagi sebagian orang merupakan suatu benda yang tidak memiliki nilai yang positif, namun jika berani melangkah dan memiliki inisiatif untuk membuat tranformasi limbah salak yang semula tidak berarti menjadi suatu kreasi yang memiliki daya tarik bagi masyarakat seperti mengolah biji salak tersebut menjadi souvenir tentunya limbah salak memiliki nilai jual dan bisa meningkatkan perekonomian.
Seperti inovasi yang diberikan oleh kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama) tahun 2019 yang dilaksanakan di Desa Tirtomarto, Ampelgading yang terkenal dengan Sumber Daya Alam (SDA) yakni tanaman pohon salak. Sebagin besar penduduk Desa Tirtomarto adalah petani dan pedagang, yang aktifitas sehari-harinya adalah menjual hasil panennya kepada konsumen secara mentah. Namun, dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN Unikama memunculkan sebuah ide yang dapat dikembangkan yaitu, mengolah limbah biji salak menjadi souvenir menarik seperti gantungan kunci, gelang, kalung, dan tirai cantik yang dapat memiliki daya tarik tinggi bagi konsumen.
Nantinya hasil dari pembuatan souvenir ini diletakkan di Coban Srengenge dan akan menjadi buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung ke Coban Srengenge. Mahasiswa KKN 2019 mengadakan pelatihan pembuatan souvenir dari biji salak kepada Ibu-ibu PKH (Program Keluarga Harapan), yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2019 lalu. Didalam pelatihan tersebut dijelaskan bahwa biji salak yang tadinya dianggap tidak bernilai ekonomis, jika diolah dengan baik dapat bernilai ekonomis dan menjadi souvenir khas daerah.
Gantungan kunci menjadi salah satu pilihan kreasi berbahan jenis biji salak, yang diolah semenarik mungkin, dengan cara kerja yang sederhana.
“Selama ini biji salak cenderung diabaikan oleh warga, tetapi dengan adanya kreasi dari mahasiswa KKN Unikama 2019 ini, biji salak dapat memiiki nilai ekonomis” tutur Sekretaris Desa Tirtomarto.
Pelatihan yang dibimbing oleh Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Sarah Emmanuel Haryono, M.Psi ini berjalan dengan baik, dan warga masyarakat sangat antusias mengikuti pelatihan.
“Pelatihan pembuatan kerajinan tangan dari biji salak, merupakan program Kerja (Proker) unggulan dari mahasiswa Unikama 2019 yang ditempatkan di Desa Tirtomarto, saya berharap dengan melibatkan ibu-ibu PKH dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat di Desa Tirtomarto, serta membuka peluang usaha bagi masayarakat setempat. Alat dan bahan yang dibutuhkan cukup sederhana dan cara pembuatannya juga sangat mudah,” ungkapnya.